Artikel
Tobatnya Sang Sopir Taronton
Tanggal : 12-11-2020 00:17, dibaca 763 kali.
Apa gunanya uang saya kejar, pak. Kalau ndak pandai sembahyang dan mengaji, " kata Rahman. Seorang sopir truck besar dan memiliki SIM B2 Umum yang memutuskan belajar/masuk pesantren Dazma.
Awalnya, curhatan dan keinginan beliau sulit dipercaya. Termasuk oleh orang tuanya yang sebulan belakangan ini telah mengantarkannya ke Pompes Dazma, yang terletak di Ujung Koto Tuo Manggilang.
Ternyata, apa yang ia sampaikan itu dibuktikannya dengan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai seorang sopir di satu perusahaan besar di Pekanbaru. Walaupun sebenarnya dirinya adalah orang paling dekat sekaligus kepercayaan bos tempat ia bekerja.
Sontak, hal tersebut membuat orang-orang sekelilingnya terkejut bercampur haru. "Apalagi, melihat tingkah laku dia yang selama ini sedikit 'nakal' dan jauh dari kata taat agama, " Kisah orang tua pria asal Lubuak Nago, Pangkalan ini kepada buya di pesantren Dazma.
Kini, Rahman sudah tinggal di pesantren. Dia pun mulai belajar mengaji dari dasar. Disamping membetulkan ilmu Fiqih, mulai dari bersuci hingga belajar berbagai macam sholat dan bacaannya serta doa-doa. Tak lama lagi ia akan masuk ke Al-Quran.
Kita mendoakan agar Allah membantunya dalam menuntut ilmu serta mempermudah segala kesulitannya.
= Bangga dengan Pemuda yang mau belajar agama =
Sebetulnya, bagi pesantren, kedatangan orang-orang semacam Rahman ini adalah suatu yang sangat membanggakan. Begitulah hendaknya. Tidak ada batasan umur untuk belajar. Namun, jangan sampai menunggu tua pula, baru "ingat surau". Atau ingin belajar. Akan menemui kesulitan lebih saat belajar bagi yang sudah sangat berumur.
Selama lebih kurang tiga bulan Galeh, si pemuda keturunan orang Jawa ini di Dazma. Kini ia mencoba memikul tanggung jawab dan membantu keluarga dengan membuka usaha di kampung halamannya.
Sebelumnya, di Dazma ia memang belum bisa "apa-apa" soal solat atau mengaji. Namun berkat kegigihannya, dia pun mulai belajar dari huruf alif. Hingga bisa menjadi imam sholat serta hafal doa-doa. Paling tidak buat diri dan keluarganya.
Walau berat hati untuk melepasnya. Namun kita terus mendoakan agar ia istiqamah dalam agama dan semakin bertambah ilmunya. Karena, walau bagaimanapun, hubungan murid dengan guru tidak boleh terputus. Ada adab yang harus sama-sama dijaga. Baik oleh murid, maupun guru sendiri. Kalau tidak, maka diri kita jua yang celaka.
Banyak hal sebetulnya yang belum dapat diceritakan tentang pemuda-pemuda ini. Namun, setidaknya dua kisah anak muda ini patut diapresiasi dan menjadi pembelajaran bagi kita semua. Karena kita tidak tahu kapan Allah menetapkan ajal masing-masing.
Belajarlah, selagi muda. Tak perlu malu. Karena tidak ada batas umur untuk belajar.
Apa guna uang, atau dunia kita kejar. Sementara tidak tahu dengan agama, serta jauh dari Tuhan. Jangan sia-siakan kesempatan beramal dalam hidup ini.
Pengirim :
Kembali ke Atas
Artikel Lainnya :
- TERHARU BIKIN BANGGA
- Empat Santri Dazma Terima Beasiswa Baznas
- Penyegaran Penghujung Tahun DAZMA BINCANG RENCANA 2021
- DUA TAHUN BINGUNG, Dazma Dapat Bantuan Alat Berat
- Penuhi Kebutuhan Santri, PT. ATM Kebut Pembangunan Dazma
Komentar :
Kembali ke Atas